BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi
HIV menyebabkan terjadinya AIDS telah menjadi salah satu penyebab kematian pada
anak-anak, remaja, dan orang dewasa di seluruh dunia.
Sebagian
besar kasus HIV pada orang-orang yang berusia muda ditularkan melalui hubungan
seks tanpa pelindung, dan sepertiganya disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
terlarang secara bergantian menggunakan jarum yang sudah terkontaminasi darah
penderita HIV.
Rangkaian
kematian di negara-negara dunia ketika akibat AIDS merupakan sebuah lonceng
tanda bahaya bagi umat manusia sedunia agar bangkit dari kelalaian atau
ketidakpedulian terhadap masalah ini.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa
itu HIV/AIDS?
2. Disebabkan
oleh apa HIV/AIDS?
3. Gejala
apa yang ditimbulkannya HIV?AIDS?
4. Bagaimana
HIV/AIDS bisa tertular?
5. Apa
yang harus dilakukan untuk mencegah?
1.3. Tujuan
Untuk menjelaskan HIV/AIDS, penyebab,
gejala, beserta penularan dan cara pencegahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Perbedaan HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi akibat infeksi virus yang bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
menjangkiti dan akan mengakibatkan defisiensi sel-sel sistem kekebalan tubuh
manusia. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat
lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit.
Orang yang kekebalan
tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai
ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak
mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena
infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
AIDS
adalah keadaan yang berkembang pada diri orang yang terinfeksi virus AIDS yang
disebut HIV. Berbagai infeksi yang biasanya tidak berbahaya menjadi ancaman
maut bagi kehidupan.
2.2. Penyebab HIV/AIDS
Sistem
kekebalan tubuh terdiri dari sel-sel, termasuk sel-T yang memerangi kuman dan
infeksi. Bila HIV memasuki tubuh, virus ini memasuki sel-T dan kadang kala
sembunyi di sana tanpa diketahui untuk berapa lama. Jadi orang yang sudah
terinfeksi bisa tampak sangat sehat, namun menjadi sumber penularan bagi orang
lain.
Pada
suatu saat HIV memperbanyak diri dan mulai merusak sel-T. Sistem pertahanan tubuh menjadi lemah dan tidak
mampu memerangi kuman yang berada di dalam dan di sekitar tubuh.
Lamanya
dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya
hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat
berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi
antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah
virus dalam tubuh yang terinfeksi.
Banyak
faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan
melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi. Orang
tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda,
sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang
kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti
tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik
orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting.
HIV
ditularkan melalui empat cara utama :
1. Melalui
hubungan seks tanpa perlindungan dengan orang yang sudah terinfeksi
2. Melalui
darah yang sudah terinfeksi
3. Melalui
jarum suntik yang tidak suci hama dan dipakai secara bergantian, terutama di
kalangan pecandu narkotik
4. Melalui
ibu hamil pada bayi yang dikandungnya
2.3. Gejala-gejala HIV/AIDS
Berbagai gejala AIDS
umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri,
virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem
kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap
infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila
tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10
tahun.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala
infeksi sistemik seperti:
1. Demam
2. Berkeringat
(terutama pada malam hari)
3. Pembengkakan
kelenjar
4. Kedinginan
5. Merasa
lemah
6. penurunan
berat badan
Jalur
penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita
hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan
menggunakan kembali jarum suntik yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh
organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan risiko
utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C.
AIDS
diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
1. Penyakit
HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
2. Meliputi
manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian
atas yang tak sembuh- sembuh.
3. Meliputi
diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu
bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru.
4. Meliputi
Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus),
saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru
dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
2.4. Penularan HV/AIDS
HIV
dapat ditemukan dalam cairan tubuh seperti darah, cairan semen, cairan vagina
dan air susu ibu. HIV ditularkan melalui:
·
Seks penetratif (anal atau vaginal) dan
oral seks
·
Transfusi darah
·
Pemakaian jarum suntik terkontaminasi
secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan dan melalui suntikan
narkoba
·
Melalui ibu ke anak, selama masa
kehamilan, persalinan, dan menyusui.
Siapapun
bisa terinfeksi virus AIDS bila perilaku seksnya mengandung resiko tinggi. Bila
bicara tentang AIDS, jangan mengira bahwa perilaku yang mengandung risiko
tinggi itu hanya menyangkut wanita tuna susila dan pecandu narkotika saja.
Perilaku yang mengandung risiko tinggi adalah perbuatan yang meningkatkan
kemungkinan terinfeksi termasuk melakukan hubungan seks tanpa perlindungan
dengan orang yang status HIV dirinya tidak diketahui.
Kita tidak
bisa tahu dengan melihat penampilan saja. Orang yang sudah terinfeksi bisa
tampak sangat sehat, sementara dia terus menularkan virus yang diidapnya pada
orang lain.
2.4.1. Seks Penetratif
HIV
dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi. Sangat sulit
untuk menentukan kemungkinan terjadinya infeksi melalui hubungan seks,
kendatipun demikian diketahui bahwa risiko infeksi melalui seks vaginal umumnya
tinggi. Penularan melalui seks anal dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih
tinggi dari seks vaginal. Seseorang dengan infeksi menular seksual (IMS) yang
tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang
keluar dari tubuh) memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk
menularkan atau terjangkit HIV selama hubungan seksual. Dalam hal penularan HIV,
seks oral dipandang sebagai kegiatan yang rendah risiko. Risiko dapat meningkat
bila terdapat luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di
dalam mulut.
2.4.2. Transfusi Darah
Kemungkinan
risiko terjangkit HIV melalui transfusi darah dan produk- produk darah yang
terkontaminasi ternyata lebih tinggi (lebih dari 90%). Kendatipun demikian,
penerapan standar keamanan darah menjamin penyediaan darah dan produk- produk
darah yang aman, memadai dan berkualitas baik bagi semua pasien yang memerlukan
transfusi. Keamanan darah meliputi skrining atas semua darah yang didonorkan
guna mengecek HIV dan patogen lain yang dibawa darah, serta pemilihan donor
yang cocok.
2.4.3. Jarum Suntik
Menggunakan
kembali atau memakai jarum atau semprit secara bergantian merupakan cara
penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara
berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum dan
semprit baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang
tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan
dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap
Kewaspadaan Universal.
2.4.4. Ibu ke Anak
HIV
dapat ditularkan ke anak selama masa kehamilan, pada proses persalinan, dan
saat menyusui. Pada umumnya terdapat 15-30% risiko penularan dari ibu ke anak
sebelum dan sesudah kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko
infeksi, khususnya jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran
(semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula risikonya.). Penularan dari
ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air susu
ibu.
2.5. Pencegahan
HIV/AIDS
Penularan
HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
·
Berpantang seks
·
Hubungan monogami antara pasangan yang tidak
terinfeksi
·
Seks non-penetratif
·
Penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara
konsisten dan benar
Cara
tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
§ Bila anda seorang
pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang
sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan
kembali.
§ Pastikan
bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan
darah dilaksanakan.
Usaha-usaha
yang dilakukan terinfeksi virus AIDS disebut juga penerapan strategi pengobatan
baru. Dalam pengobatan HIV/AIDS sangat penting mengetahui dinamika HIV, serta
perjalanan penyakit (patogenesis) sehingga dapat melakukan tindakan dan
pengobatan tepat waktu.
Saat
ini cukup banyak obat anti HIV yang efektif untuk pengobatan kombinasi.
Beberapa obat penghambat protease dan obat anti HIV sedang dalam tahap akhir
untuk mendapat izin. Selain itu muncul pula pemeriksaan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dengan
melihat berbagai fenomena tersebut, tak salah kiranya apabila kita mengatakan
bahwa HIV/AIDS sudah merupakan bahaya umum yang dapat mengancam siapa saja
tanpa memandang jenis kelamin, umur, status sosial, warganegara, ras, mapun
agama.
Dalam
hal ini setidaknya ada empat hal yang menyebabkan HIV/AIDS perlu mendapat
perhatian khusus, yakni:
1. Hingga
saat ini belum ada obat untuk vaksin serta cara yang efektif dan efisien untuk
mencegah penularan serta penyebaran HIV/AIDS, meskipun telah ada obat untuk
perawatan penderita HIV/AIDS, namun biayanya sangat mahal dan belum efektif.
2. Seumur
hidupnya walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat, pengidap HIV/AIDS bisa
menjadi pembawa virus tersebut dan dapat menularkan penyakit maupun virus itu
sendiri kepada orang lain.
3. Menurunkan
mutu sumber daya manuia dan produktivitas kerja sehingga dapat mengganggu
perekonomian negara.
4. Penyakit
ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, di mana sebagian besar
ditularkan melalui hubungan seks.
3.2. Saran
Keganasan
HIV/AIDS membuat kita harus berusaha mencegahnya, dan juga seharusnya di
tunjang oleh motivasi sendiri bagi penderita yang sudah terkena AIDS. Misalnya
bagi mereka yang termasuk kelompok resiko tinggi terkena AIDS selalu memeriksakan
darahnya secara teratur. Dan yang tidak kalah penting adalah mendekatkan diri
kepada Tuhan YME. Yaitu dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang diperintahkan
dan berusaha untuk menjauhi segala yang dilarangNya, agar penderitaan yang
dirasakan tidak terlalu berat. Dan bagi masyarakat hendaknya jangan menjauhi
mengucilkan mereka yang terinfeksi AIDS, tetapi seharusnya memberi dorongan
atau semangat hidup, misalnya melalui nasehat-nasehat yang bisamenumbuhkan rasa
percaya diri, sehingga mereka yang telah mengidap virus AIDS tidak putus asa
dalam menjalani hidupnya.
Dengan
adanya usaha-usaha diatas, niscaya masalah AIDS dapat diatasi, paling tidak
dapat dicegah sedini mungkin, apalagi jika ada partisipasi dari semua pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar