Sabtu, 16 Juni 2012

HIV/AIDS dan Pencegahannya


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.   Latar Belakang
       Infeksi HIV menyebabkan terjadinya AIDS telah menjadi salah satu penyebab kematian pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa di seluruh dunia.
       Sebagian besar kasus HIV pada orang-orang yang berusia muda ditularkan melalui hubungan seks tanpa pelindung, dan sepertiganya disebabkan oleh penggunaan obat-obatan terlarang secara bergantian menggunakan jarum yang sudah terkontaminasi darah penderita HIV.
       Rangkaian kematian di negara-negara dunia ketika akibat AIDS merupakan sebuah lonceng tanda bahaya bagi umat manusia sedunia agar bangkit dari kelalaian atau ketidakpedulian terhadap masalah ini.

1.2.   Rumusan Masalah
1.       Apa itu HIV/AIDS?
2.       Disebabkan oleh apa HIV/AIDS?
3.       Gejala apa yang ditimbulkannya HIV?AIDS?
4.       Bagaimana HIV/AIDS bisa tertular?
5.       Apa yang harus dilakukan untuk mencegah?

1.3.   Tujuan
       Untuk menjelaskan HIV/AIDS, penyebab, gejala, beserta penularan dan cara pencegahannya.





BAB II
PEMBAHASAN


2.1.   Pengertian dan Perbedaan HIV/AIDS
       Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi akibat infeksi virus yang bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menjangkiti dan akan mengakibatkan defisiensi sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit.
       Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
       AIDS adalah keadaan yang berkembang pada diri orang yang terinfeksi virus AIDS yang disebut HIV. Berbagai infeksi yang biasanya tidak berbahaya menjadi ancaman maut bagi kehidupan.
        
2.2.   Penyebab HIV/AIDS
       Sistem kekebalan tubuh terdiri dari sel-sel, termasuk sel-T yang memerangi kuman dan infeksi. Bila HIV memasuki tubuh, virus ini memasuki sel-T dan kadang kala sembunyi di sana tanpa diketahui untuk berapa lama. Jadi orang yang sudah terinfeksi bisa tampak sangat sehat, namun menjadi sumber penularan bagi orang lain.
       Pada suatu saat HIV memperbanyak diri dan mulai merusak sel-T. Sistem  pertahanan tubuh menjadi lemah dan tidak mampu memerangi kuman yang berada di dalam dan di sekitar tubuh.
       Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus dalam tubuh yang terinfeksi.
       Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting.
       HIV ditularkan melalui empat cara utama :
1.       Melalui hubungan seks tanpa perlindungan dengan orang yang sudah terinfeksi
2.       Melalui darah yang sudah terinfeksi
3.       Melalui jarum suntik yang tidak suci hama dan dipakai secara bergantian, terutama di kalangan pecandu narkotik
4.       Melalui ibu hamil pada bayi yang dikandungnya

2.3.   Gejala-gejala HIV/AIDS
       Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun.
         Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti:

1.       Demam
2.       Berkeringat (terutama pada malam hari)
3.       Pembengkakan kelenjar
4.       Kedinginan
5.       Merasa lemah
6.       penurunan berat badan
       Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C.
       AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
1.       Penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
2.       Meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh.
3.       Meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru.
4.       Meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.

2.4.   Penularan HV/AIDS
       HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh seperti darah, cairan semen, cairan vagina dan air susu ibu. HIV ditularkan melalui:
·         Seks penetratif (anal atau vaginal) dan oral seks
·         Transfusi darah
·         Pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan dan melalui suntikan narkoba
·         Melalui ibu ke anak, selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.
       Siapapun bisa terinfeksi virus AIDS bila perilaku seksnya mengandung resiko tinggi. Bila bicara tentang AIDS, jangan mengira bahwa perilaku yang mengandung risiko tinggi itu hanya menyangkut wanita tuna susila dan pecandu narkotika saja. Perilaku yang mengandung risiko tinggi adalah perbuatan yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi termasuk melakukan hubungan seks tanpa perlindungan dengan orang yang status HIV dirinya tidak diketahui.
       Kita tidak bisa tahu dengan melihat penampilan saja. Orang yang sudah terinfeksi bisa tampak sangat sehat, sementara dia terus menularkan virus yang diidapnya pada orang lain.

         2.4.1.   Seks Penetratif
       HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi. Sangat sulit untuk menentukan kemungkinan terjadinya infeksi melalui hubungan seks, kendatipun demikian diketahui bahwa risiko infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi. Penularan melalui seks anal dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Seseorang dengan infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit HIV selama hubungan seksual. Dalam hal penularan HIV, seks oral dipandang sebagai kegiatan yang rendah risiko. Risiko dapat meningkat bila terdapat luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di dalam mulut.
         2.4.2.   Transfusi Darah
       Kemungkinan risiko terjangkit HIV melalui transfusi darah dan produk- produk darah yang terkontaminasi ternyata lebih tinggi (lebih dari 90%). Kendatipun demikian, penerapan standar keamanan darah menjamin penyediaan darah dan produk- produk darah yang aman, memadai dan berkualitas baik bagi semua pasien yang memerlukan transfusi. Keamanan darah meliputi skrining atas semua darah yang didonorkan guna mengecek HIV dan patogen lain yang dibawa darah, serta pemilihan donor yang cocok.
         2.4.3.   Jarum Suntik
       Menggunakan kembali atau memakai jarum atau semprit secara bergantian merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal.
         2.4.4.   Ibu ke Anak
       HIV dapat ditularkan ke anak selama masa kehamilan, pada proses persalinan, dan saat menyusui. Pada umumnya terdapat 15-30% risiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko infeksi, khususnya jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula risikonya.). Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air susu ibu.

2.5.   Pencegahan HIV/AIDS
                Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
·         Berpantang seks
·         Hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
·         Seks non-penetratif
·         Penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
                Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
§   Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.
§   Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.
       Usaha-usaha yang dilakukan terinfeksi virus AIDS disebut juga penerapan strategi pengobatan baru. Dalam pengobatan HIV/AIDS sangat penting mengetahui dinamika HIV, serta perjalanan penyakit (patogenesis) sehingga dapat melakukan tindakan dan pengobatan tepat waktu.
       Saat ini cukup banyak obat anti HIV yang efektif untuk pengobatan kombinasi. Beberapa obat penghambat protease dan obat anti HIV sedang dalam tahap akhir untuk mendapat izin. Selain itu muncul pula pemeriksaan.

















BAB III
PENUTUP


3.1.   Kesimpulan
       Dengan melihat berbagai fenomena tersebut, tak salah kiranya apabila kita mengatakan bahwa HIV/AIDS sudah merupakan bahaya umum yang dapat mengancam siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umur, status sosial, warganegara, ras, mapun agama.
       Dalam hal ini setidaknya ada empat hal yang menyebabkan HIV/AIDS perlu mendapat perhatian khusus, yakni:
1.       Hingga saat ini belum ada obat untuk vaksin serta cara yang efektif dan efisien untuk mencegah penularan serta penyebaran HIV/AIDS, meskipun telah ada obat untuk perawatan penderita HIV/AIDS, namun biayanya sangat mahal dan belum efektif.
2.       Seumur hidupnya walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat, pengidap HIV/AIDS bisa menjadi pembawa virus tersebut dan dapat menularkan penyakit maupun virus itu sendiri kepada orang lain.
3.       Menurunkan mutu sumber daya manuia dan produktivitas kerja sehingga dapat mengganggu perekonomian negara.
4.       Penyakit ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, di mana sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks.

3.2.   Saran
       Keganasan HIV/AIDS membuat kita harus berusaha mencegahnya, dan juga seharusnya di tunjang oleh motivasi sendiri bagi penderita yang sudah terkena AIDS. Misalnya bagi mereka yang termasuk kelompok resiko tinggi terkena AIDS selalu memeriksakan darahnya secara teratur. Dan yang tidak kalah penting adalah mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Yaitu dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang diperintahkan dan berusaha untuk menjauhi segala yang dilarangNya, agar penderitaan yang dirasakan tidak terlalu berat. Dan bagi masyarakat hendaknya jangan menjauhi mengucilkan mereka yang terinfeksi AIDS, tetapi seharusnya memberi dorongan atau semangat hidup, misalnya melalui nasehat-nasehat yang bisamenumbuhkan rasa percaya diri, sehingga mereka yang telah mengidap virus AIDS tidak putus asa dalam menjalani hidupnya.
       Dengan adanya usaha-usaha diatas, niscaya masalah AIDS dapat diatasi, paling tidak dapat dicegah sedini mungkin, apalagi jika ada partisipasi dari semua pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar